Baca
Lah Artikel dibawah ini, mengapa ? karena sebagian orang pasti pernah mengalami
hal seperti ini.
Sudahkah Menjadi Pemimpin yang baik . . . ?
Pernahkah Anda membaca sebuah hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa “People do not leave their job or company, They leave
their boss.” Lalu ketika kalimat tersebut di-upload ke social
media, banyak sekali orang yang langsung memberikan “jempol” atau “like”
atau “love” sebagai tanda mengamini ungkapan tersebut.
Atau malah pernah terlintas dalam benak anda sebagai seorang pemimpin, jangan-jangan salah satu mantan bawahan anda dan juga ada calon mantan bawahan (orang yang berniat resign) adalah salah satu yang memberikan “like” pada uangkapan di atas dan hal itu tentu saja berarti mengarah pada kepemimpinan anda.
Berdasarkan employee engagement survey yang dilakukan oleh PPM Manajemen selama tiga tahun terakhir pada berbagai organisasi swasta dan pemerintahan, ada tiga hal yang dianggap paling penting pengaruhnya terhadap engagement karyawan dibandingkan beberapa faktor lainnya, yaitu: kepemimpinan atasan, suasana kerja, serta remunerasi.
Atau malah pernah terlintas dalam benak anda sebagai seorang pemimpin, jangan-jangan salah satu mantan bawahan anda dan juga ada calon mantan bawahan (orang yang berniat resign) adalah salah satu yang memberikan “like” pada uangkapan di atas dan hal itu tentu saja berarti mengarah pada kepemimpinan anda.
Berdasarkan employee engagement survey yang dilakukan oleh PPM Manajemen selama tiga tahun terakhir pada berbagai organisasi swasta dan pemerintahan, ada tiga hal yang dianggap paling penting pengaruhnya terhadap engagement karyawan dibandingkan beberapa faktor lainnya, yaitu: kepemimpinan atasan, suasana kerja, serta remunerasi.
Meskipun remunerasi dinilai penting dalam membuat
karyawan engage, namun ketika remunerasi yang baik tidak didukung
oleh kepemimpinan atasan yang baik pula, hal tersebut seringkali menjadi alasan
bagi seorang karyawan untuk berhenti.
Kerap kali kita terheran-heran dengan keputusan
seseorang keluar dari pekerjaannya yang sudah mapan dengan remunerasi yang
cukup tinggi, ketika ditanya apa yang membuat mereka memutuskan demikian,
jawabannya adalah karena ‘atasan’ atau suasana kerja yang tidak nyaman karena
atasan.
Penasaran apakah anda merupakan pemimpin yang dicintai
oleh karyawan? Apakah kehadiran anda berpengaruh positif terhadap kinerja tim?
Apakah anda sudah berperan sebagai seorang pemimpin atau hanya sebagai bos?
Untuk dapat mengetahui hal tersebut, anda dapat
memulainya dengan melakukan self assessment. Menurut penulis buku ‘Cara
Pintar Membuat Karyawan Mencurahkan Kemampuan Terbaik untuk Perusahaan’,
Martha I Finney, anda dapat bertanya pada diri anda sendiri beberapa hal
berikut:
- Apakah saya memastikan karyawan saya memahami keterkaitan pekerjaan mereka dengan strategi organisasi? Apakah saya menginformasikan berita/perubahan yang sedang mempengaruhi organisasi dan karyawan sesegera mungkin?
- Apakah saya segera memberikan kepastian ketika karyawan menunggu keputusan dari saya?
- Apakah seluruh tindakan saya mencerminkan nilai-nilai organisasi?
- Apakah perilaku dan perkataan saya memberi teladan bagi budaya kerja yang sehat dan kolaboratif?
- Apakah saya merahasiakan masalah-masalah pribadi saya?
- Apakah saya berbicara hal-hal yang positif tentang karyawan saya kepada rekan kerja lainnya?
- Apakah saya memperhatikan perkembangan pribadi dan professional karyawan saya?
- Apakah saya menghargai semua yang karyawan saya lakukan untuk organisasi?
- Apakah saya menepati janji-janji saya kepada karyawan saya?
Cara lainnya setelah bertanya pada diri sendiri adalah
bertanya langsung pada karyawan, hal-hal apa saja yang mereka harapkan dan apa
yang menurut karyawan masih kurang dari kepemimpinan anda?
Menurut Robbins, ketika ada ketidakpuasan pada diri
karyawan biasanya mereka akan menunjukan empat reaksi yang berbeda, yaitu ada
yang memilih diam dan berharap ada perbaikan ke depannya (silent), memilih
diam namun semangat kerja menurun (neglect),memilih mencari peluang
pekerjaan lain di luar (exit), atau menyampaikan
ketidakpuasannya dan mengusulkan perbaikan yang diperlukan (voice).
Rasanya secara normatif banyak pimpinan akan menjawab
lebih menyukai reaksi voice. Maka, berhentilah dan berpikirlah
sejenak, bayangkan apa yang akan disampaikan oleh karyawan itu. Kira-kira
bagaimana reaksi anda sebagai pimpinan terhadap karyawan yang voice.
Tanpa disadari seringkali pimpinan tidak cukup
bijaksana menanggapi masukan yang disampaikan oleh karyawannya tersebut. Hal
ini kemudian yang membuat karyawan enggan menyampaikan opininya, memilih diam,
mulai dari silent atau neglect, dan pada
akhirnya exit..
Hal terpenting yang seringkali diharapkan oleh para
karyawan terhadap pimpinannya adalah mereka bisa menjadi role model,
bisa menjadi teladan. Apa yang diharapkan oleh pimpinan terhadap karyawan,
dilakukan terlebih dahulu oleh pimpinan.
Pemimpin yang hebat akan menghasilkan orang-orang yang
hebat pula. Meskipun anda tidak bisa memaksakan seorang karyawan untuk tetap
bertahan, tapi setidaknya anda tidak menjadi alasan bagi mereka untuk keluar.
Pada tingkat yang lebih tinggi anda bisa menjadi inspirasi bagi mereka sehingga
mereka akan berkata: saya akan bekerja dimana anda bekerja.
Artikel ini ditulis oleh : Pratiwi, S.TP, M.M. - Core Researcher
PPM Manajemen – PPM Consulting
Kenapa artikel ini menjadi
salah satu blog aq, karena apa yang dijelaskan di atas pernah aq rasakan dan
itu nyata. Semoga artikel ini dapat menjadi bahan penunjuk bagi para
pemimpin-pemimpin di perusahaan.
Kalimat ini yang paling disuka : "Meskipun anda tidak bisa memaksakan seorang karyawan untuk tetap bertahan, tapi setidaknya anda tidak menjadi alasan bagi mereka untuk keluar." Susah memang jadi pemimpin yang bisa menyenangkan karyawan dan juga management.
BalasHapusNais artikel
BalasHapus